Sebanyak 20 warga RT 03/RW 20 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara terserang chikungunya dalam dua pekan terakhir. Sementara 10 warga lainnya di RT 01, 02, dan 03/RW 20 terjangkit demam berdarah (DB).
Berdasarkan pantauan dan informasi Selasa (14/5), beberapa warga sudah berangsur pulih. Namun, masih banyak warga yang mengaku masih sakit di bagian persendian. Salah satunya, Ny. Een (50). Saat ditemui di rumahnya, Ny. Een hanya bisa duduk. Kakinya tidak bisa melangkah serta telapak tangannya tidak bisa membuka sempurna.
Bila rasa nyeri tak tertahankan, Ny. Een mengikat kakinya dengan kain. Sedangkan untuk mengobati dan mengurangi rasa sakit pada tangannya, ia biasa merendam dengan air garam. "Alhamdulillah, sekarang sudah enggak terlalu sakit. Tapi masih lemas," tuturnya.
Tidak hanya Ny. Een, tiga anggota keluarga Ketua RT 03, Rohmana juga terserang chikungunya, yaitu istrinya, Nani (46), ibunya, Enah (60) dan anaknya, Lucky (20). "Saya enggak tahu obatnya. Perasaan sudah dua minggu, tapi persendian masih linu. Terutama setiap malam sampai pagi. Saya sampai enggak bisa tidur," ujar Nani.
Diakui Nani, gejala awal penyakit yang dideritanya adalah munculnya bintik merah dan tidak bisa berjalan. "Waktu awal-awal sakit, saya jalannya ngesot karena otot dan sendi sakit sekali dan lemas," katanya.
Berbeda dengan chikungunya, 10 warga yang terserang demam berdarah tersebar di RT 01, 02, dan 03 yang berdekatan dengan Gg. H. Hamim, Cihanjuang. Ketua RT 02 Eman Supriyatna (68) mengaku resah dengan banyaknya warga yang dirawat karena DB.
"Sekarang sudah pada pulang dari rumah sakit. Tapi kejadian ini baru pertama kali terjadi di daerah kami. Kami sangat berharap adanya fogging," katanya.
Dikatakan Eman, bila tidak di-fogging dikhawatirkan nyamuk-nyamuk dewasa semakin menyebar.
Pengasapan
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, Dikke Suseno mengatakan, hampir setiap hari Dinkes melakukan fogging di sejumlah tempat. Peningkatan permintaan fogging, katanya, terkait banyaknya kasus DB dan chikungunya di daerah tersebut.
"Sebelum fogging, kami mengajak masyarakat untuk melakukan pemberatasan sarang nyamuk. Baru setelah itu di-fogging," katanya.
Yang menjadi persoalan, kata Dikke, pengasapan juga kerap kali mendapat penolakan dari warga, teruatama pemilik ternak. Ia menyebutkan, anggaran fogging sebesar Rp 200 juta per tahun.
Kasus DB di Kota Cimahi hingga bulan April sebanyak 305 kasus, 4 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun lalu, periode yang sama, tercatat 304 kasus dan 1 meninggal dunia.
No comments:
Post a Comment