Penyerangan pos polisi di Jln. Mitra Batik, Kota Tasikmalaya oleh SL dengan melempar bom rakitan, Senin (13/5) malam, diduga menjadi aksi balas dendam kelompok teroris kepada polisi. Seperti diketahui, seminggu terakhir polisi gencar melakukan operasi pemberangusan kelompok teroris.
Dugaan tersebut tidak ditampik Kapolda Jabar, Irjen Pol. Tubagus Anis Angkawijaya saat memberikan keterangan soal identitas pelaku pelempar bom rakitan ke pos polisi di Tasikmalaya, Selasa (14/5) di Mapolda Jabar, Jln. Soekarno-Hatta Bandung. "Ya, bisa jadi seperti itu.
Mengenai pelaku pelemparan bom rakitan yang akhirnya tewas, Anis mengatakan, pelaku anggota jaringan teroris. Pelaku diidentifikasi berinisial SL alias Salim dan diketahui sebagai anak buah Wiliam Maksum, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Cipacing, Kab. Sumedang, beberapa waktu lalu.
Dari hasil identifikasi polisi, Salim tercatat sebagai warga Cimenyan, Kab. Bandung. Termasuk kelompok Maksum dan selama ini mengontrak di wilayah Cimenyan. "Ya, masih kelompok Maksum. Dia mengontrak di Cimenyan," kata Anis.
Ketika disinggung aksi yang dilakukan Salim merupakan balas dendam kepada polisi, Anis tidak menampiknya. Pasalnya, dalam minggu-minggu terakhir ini polisi gencar memberangus kelompok teroris.
Ketika ditanya soal kemungkinan masih adanya terduga teroris lain yang masuk jaringan Maksum di Jabar, Anis mengaku tidak mengetahuinya. Yang jelas, Salim dan tiga terduga teroris yang tewas di Cigondewah semuanya adalah anak buah Maksum.
"Kami belum tahu apa sebenarnya target utama dari komplotan yang disebut-sebut berasal dari Poso, Sulawesi Tenggara itu. 'Kan sudah meninggal," jelasnya.
Menyikapi kasus yang terjadi, dia berharap seluruh polres/polresta jajaran Polda Jabar, dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap serangkaian aksi teror kali ini. "Jangan sampai terjadi seperti di Cirebon (bom masjid Polres Cirebon, red) dulu," tutur Anis.
Kapolda mengaku masih bersyukur karena anggota Polri yang diserang selamat. Meski saat ini kondisinya masih dirawat di RSUD Tasikmalaya, karena luka serius akibat tebasan badik. "Sekarang sedang dirawat, mudah-mudahan segera pulih," tandasnya.
Anis mengungkapkan, rangkaian bom rakitan yang dilempar terduga teroris Salim ke pos polisi Mitra Batik Tasikmalaya berdaya ledak rendah."Itu bomnya berbentuk rompi yang isinya rangkaian bom rakitan. Tapi daya ledaknya low explosive," jelasnya.
Pihak kepolisian hingga kini masih mencari keluarga terduga teroris Salim yang tewas ditembak anggota Polresta Tasikmalaya usai melakukan teror di pos polisi Mitra Batik, Tasikmalaya, pada Senin malam.
Sementara itu, jenazah Salim langsung dibawa ke Rumah Sakit Sartika Asih. Kepala Rumah Sakit (RS) Sartika Asih, Kombes Pol. Setyo Purwanto mengatakan, pihaknya belum bisa mengidentifikasi jasad terduga teroris asal Tasikmalaya, karena masih menunggu tim DVI Polda Jabar.
"Begitu menerima (jasad SL), kami hanya menjaga saja. Masih menunggu perintah. Kami terima sekitar pukul setengah dua-pukul dua, tadi pagi," ujar Setyo, Selasa (14/5).
Sejumlah polisi bersenjata lengkap menjaga ketat ruang jenazah.
Sebar foto
Dalam kesempatan itu, Anis juga menyatakan jasad Salim masih berada di RS Sartika Asih untuk menjalani identifikasi dan autopsi. Untuk mencari keberadaan keluarga Salim, pihaknya akan menyebarkan foto wajah Salim dan akan diperlihatkan kepada masyarakat sekitar Bandung Raya.
"Siapa tahu ada orangtuanya (Salim). Silakan, ambil (jasad) di RS Bhayangkara (Sartika Asih)," katanya.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Martinus Sitompul menambahkan, pelaku teror Tasikmalaya diketahui sebagai anak buah Maksum setelah pihak kepolisian mengirimkan foto pelaku ke Densus 88. Pihak Densus lalu memperlihatkan foto pelaku kepada Maksum yang kini diamankan Densus.
"Maksum pun membenarkan itu Salim, dan itu anak buahnya," tutur Martinus.
Soal senjata yang dibawa oleh pelaku, tambahnya, merupakan senjata rakitan jenis "mitraliur" (senjata otomatis rakitan). Senjata itu jika pelatuknya ditarik sekali, maka bisa memuntahkan peluru beberapa kali. "Jenisnya sama dengan yang ditemukan Densus 88 di Tambora," ucapnya.
Sementara soal bom yang dilemparkan, merupakan bom pipa T low explosive yang di dalamnya berisi black powder, inisiator, penyala detonator buatan, baterai 9 volt, baut ukuran 10, dan switching antitekan. Bom jenis ini sama dengan yang ditemukan di Margaasih, dan juga tempat-tempat lainnya yang telah digeledah.
Kondusif
Sementara itu, pasca penyerangan dua anggota polisi di Kota Tasikmalaya oleh seorang terduga teroris, Salim, Kapolresta Tasikmalaya AKBP Iwan Iman Susilo langsung dipanggil Kapolda Jabar Irjen Pol. Tubagus Anis Angkawijaya, Selasa (14/5). Dalam pertemuan itu, kapolda meminta penjelasan langsung dari Imam terkait pelemparan bom ke pos polisi di Jln. Mitra Batik serta penyerangan terhadap seorang anggota polisi.
Usai melakukan pertemuan dengan kapolda di Mapolda Jabar, Iwan menyatakan kejadian tersebut berlangsung Senin (13/5) malam sekitar pukul 19.25 WIB. Terduga teroris Salim diduga sendirian, dan ketika melewati pos polisi Mitra Batik langsung melemparkan bom pipa letter T. Namun bom itu sama sekali tidak meledak.
"Dua orang petugas yakni Briptu Wahyu dan Aiptu Widiartono mengejar sampai masuk ke Jalan Cipedes. Di situ pelaku terperangkap jalan buntu. Pelaku mengeluarkan senjata jenis mitraliur (senjata otomatis) rakitan, namun tidak berfungsi. Kemudian dia mengeluarkan golok dan menebaskannya ke Aiptu Widiartono. Melihat itu, Briptu Wahyu menembakkan pistol ke pelaku," ungkap Iwan.
Pascakejadian, Iwan memastikan kondisi Kota Tasikmalaya sudah kondusif. Selasa (14/5), dari laporan yang diterimanya, situasi sudah kembali normal. Pihaknya pun memberikan apresiasi kepada masyarakat Tasikmalaya, tokoh masyarakat, LSM dan unsur lainnya yang menjaga Tasikmalaya tetap kondusif.
Apresiasi polisi
Di tempat terpisah, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengapresiasi kinerja polisi (Densus 88) yang berhasil menumpas dan menangkap terduga teroris di wilayah Jabar. Hal itu dikatakannya, usai membuka SCTV Goes to Campus di Institut Manajemen (IM) Telkom Bandung di Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung, Selasa (14/5).
Dengan keberhasilan tersebut, katanya, tidak terjadi aksi teror di wilayah Jabar maupun wilayah lainnya. "Alhamdulillah, hingga saat ini wilayah Jabar aman dari aksi para teroris," ujarnya.
Menurutnya, para pelaku (terduga teroris) bisa ditangkap sebelum melakukan aksi teror, ini tentunya kerja keras aparat kepolisian. Karena itu, pihaknya tidak akan pernah berhenti bersinergi dengan aparat kepolisian.
Untuk deteksi dini, kata dia, aparat RT/RW harus turun langsung mendata warga pendatang yang mengontrak rumah. Bagaimana pun kata gubernur, si pemilik rumah tidak bisa disalahkan karena tidak tahu yang mengontrak adalah teroris atau bukan.
"Intinya, kita harus saling mengingatkan apabila ada yang mencurigakan di wilayahnya," tandasnya.
Lahan pemakaman
Sementara itu, Heri (35) kakak dari Budi Syarif alias Angga, terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan di Kp. Baturengat Hilir, Desa Cigondewah Hilir, Margaasih, beberapa waktu lalu, mengatakan, pihak keluarga sudah menyiapkan lahan untuk pemakaman Budi. Bahkan, ada tiga lokasi yang akan dijadikan pemakaman Budi. Namun Heri tidak mau menyebutkan ketiga lokasi tersebut.
"Pokoknya, kami sudah menyiapkan lokasi lahan keluarga untuk pemakaman salah seorang keluarga saya," katanya saat ditemui di kediamannya di Kp. Sukamulya, Desa Banjaran Wetan, Kec. Banjaran.
Bahkan, katanya, warga pun tidak mempermasalahkan dengan rencana akan dimakamkannya Budi di tiga lokasi tersebut.
"Tidak ada penolakan dari warga. Namun saya berharap warga menilai positif pada keluarga saya, karena kami tidak tahu apa yang mereka kerjakan di luar sana," paparnya.
Pada kesempatan itu, Heri pun menyebutkan pihak keluarga berharap bisa segera membawa pulang jenazah Budi untuk dimakamkan secara layak. Pasalnya, pihak keluarga, terutama isteri dan anak-anak Budi mengalami depresi dan stres setelah adanya pemberitaan di media massa tentang Budi. "Mereka malu jika keluar rumah, sehingga lebih memilih diam di rumah," katanya.
Untuk keperluan penyelidikan, katanya, orangtua Budi dan anaknya Budi pergi ke RS Kramat Jati Jakarta untuk diambil atau dites DNA. "Kami hanya berharap secepatnya kasus ini selesai," katanya.
No comments:
Post a Comment