Sunday 1 September 2013

Akibat Kedelai Naik Pengrajin Tahu Banyak Yang Menutup Usahanya

Terkait tingginya harga kedelai saat ini, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat berencana melakukan aksi unjuk rasa dengan cara tidak berproduksi. Aksi tidak berproduksi tersebut rencananya akan digelar pada tanggal 9-11 September 2013 mendatang.

"Aksi unjuk rasa digelar secara serentak ditanah air selama 3 hari, hal itu sebagai bentuk kekecewaan para perajin tahu dan tempe terhadap melambungnya harga kedelai saat ini," jelas Ketua Koperasi Perajin Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat, Asep Nurdin, Minggu (1/9/2013).

Diungkapkannya, rencana aksi unjuk rasa tidak berproduksi tersebut sudah disepakati para pengurus KOPTI di tanah air. Terlebih para pengurus telah melakukan rapat musyawarah mengenai itu. Bahkan saat ini pihaknya pun sudah mendapatkan surat edaran dari Kopti pusat mengenai informasi aksi tidak berproduksi tersebut.

"Surat edara dari pusat sudah ada, dan itu akan kita sosialisasikan kepada para perajin tahu dan tempe yang ada di Jawa Barat. Nantinya para perajin tahu dan tempe pun akan mendapat surat edaran untuk aksi tersebut. Dan saat ini kita akan menyusun perencanaan terlebih dahulu," jelasnya.

Dikatakannya, tingginya harga kedelai saat ini jelas sangat membebani para perajin. Apalagi saat ini harga kedelai terus naik, dimana di tingkat importir telah mencapai Rp 8.800/kg dan ditingkat konsumen telah mencapai Rp 9500/kg. Sehingga banyak juga perajin tahu dan tempe yang telah menghentikan kegiatan usahanya secara sementara, sambil menunggu kondisi normal kembali.

"Tingginya harga kedelai saat ini tentunya sangat memukul para perajin tahu dan tempe. Terutama para perajin yang kapasitas produksinya dibawah 50 kg, itu membuat usaha mereka menjadi terpuruk. Bahkan sudah banyak perajin yang menghentikan kegiatan usahanya," katanya. 

Ditegaskan Asep, kondisi tersebut memang membuat para perajin banyak yang terpuruk. Bahkan dari sekitar 10.000 perajin tahun dan tempe di Jawa Barat, ada sekitar 1000 perajin yang telah menghentikan kegiatan usahanya. Mereka itu adalah para perajin tahu dan tempe yang kapasitas produksinya kecil.

"Kondisi itu membuat para perajin kecil sulit bertahan, selain karena keterbatasan permodalan, mereka pun kesulitan untuk mensiasatinya," katanya. 

Begitu juga dengan para perajin tahu tempe di kelas menengah, merekapun cukup kesulitan untuk bertahan dengan kondisi itu. Oleh karena itulah pihaknya mendesak agar pemerintah segera melakukan langkah langkah strategis dalam stabilisasi harga kedelai.

"Pada dasarnya kita menuntut pementih untuk segera menstabilkan harga kedelai. Termasuk melaksanakan swasembada kedelai," katanya. 

Tidak hanya itu saja, pihaknya pun mendesak pemerintah untuk melaksanakan perpres No.32 tahun 2013 tentang penunjukan bulog sebagai stabilisator harga kedelai. Terlebih hingga saat ini perpres tersebut tidak berjalan dengan semestinya. "Perpres itu sudah keluar tetapi tidak berfungsi dengan baik," katanya.

No comments:

Post a Comment