Wednesday 28 August 2013

Jika Harga Kedelai Terus Naik, Pedagang Tahu Ancam Mogok Jualan

Para pedagang tahu di Kota Cimahi mengancam akan melakukan aksi mogok jualan jika harga kedelai tak kunjung turun. Bahkan pada aksinya nanti, mogok jualan akan berlangsung tidak hanya sehari, tapi 10 hari.

Ancaman itu diungkapkan Henda (32), seorang pedagang tahu keliling yang selama ini beroperasi di sekitar wilayah Cimahi. "Saat ini produksi tahu sudah sangat berat bila tidak menaikkan harga. Sebab, harga kedelai sudah Rp 9.000 per kilogram," katanya kepada "GM", Rabu (28/9).

Henda mengatakan, para pedagang tahu sepakat untuk melihat dulu kondisi harga kedelai sebelum melakukan aksi mogok. Bila sampai Minggu (1/9) harga kedelai tak kunjung turun, maka akan terjadi aksi mogok yang lebih besar. 

"Kami lihat dulu pergerakan dolar dan harga kedelai impor seperti apa. Kalau terus merangkak naik, mungkin para pembuat tahu akan berhenti produksi. Begitu juga dengan pedagang," jelasnya.

Ia menyebutkan, saat ini harga tahu sudah naik Rp 500 untuk 10 biji. Untuk tahu ukuran kecil, harga per bungkus dari Rp 3.500 menjadi Rp 4.000, sedangkan tahu ukuran sedang dari Rp 6.500 menjadi Rp 7.000.

"Tahu yang kecil sementara ini tidak dulu diproduksi karena ongkos lebih mahal dibandingkan dengan keuntungan yang didapat. Jadi meskipun harganya naik Rp 500, tetap saja untungnya sangat tipis," ujar Henda.

Selain menjual, Henda juga memproduksi tahu. Sehingga ia merasakan betul bagaimana beratnya biaya produksi tahu menyusul kenaikan harga kedelai impor. Apalagi, katanya, saat ini nilai tukar dolar AS semakin menguat atas rupiah. 

*Tetap naik*

Penjual sekaligus pembuat tahu lainnya, Ade Tatang (65) menilai, upaya para pedagang tahu untuk mencegah kenaikan harga kedelai kurang dirasakan dampaknya. Karena, harga kedelai impor sangat ditentukan nilai dolar. Karena itu, ia menilai, aksi unjuk rasa berupa mogok jualan tidak akan menahan harga kedelai naik.

"Kalau sekarang mogok atau demo, siapa yang dengar, tetap saja kedelai naik," ujarnya.

Ade mengyatakan, bila harga kedelai terus merangkak naik, tak menutup kemungkinan ia akan banting setir meninggalkan profesi pembuat tahu. 

"Mungkin saya akan mengikuti teman-teman saya yang lebih dulu memilih berganti usaha dibandingkan tetap bertahan sebagai pembuat tahu," jelasnya.

Ia menilai, harga kedelai sebenarnya bisa disiasati bila Indonesia mampu menghasilkan kedelai dan tidak mengandalkan impor. "Dulu masih ada kedelai lokal. Tapi ketika mau diproses masih banyak terdapat sampahnya. Jadi kurang bersih sehingga merusak kualitas tahu yang dihasilkan," ucapnya.

No comments:

Post a Comment