Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menurunkan jumlah wisatawan domestik di Indonesia, tak terkecuali Kota Bandung dan Jawa Barat. Selama 3 bulan ke depan, wisatawan diperkirakan turun 30 persen."Naiknya harga BBM memang akan menurunkan kegiatan pariwisata sekitar 30 persen. Tetapi ini biasa dan akan kembali normal dalam 3 bulan," ujar Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Syaiful Adi di sela-sela seminar nasional "Tantangan Kepariwisataan dalam Kajian Manajemen Destinasi dan Bisnis Pariwisata" di kampus STP Bandung, Jln. Setiabudhi, Rabu (26/6).
Diungkapkan Adi, dampak kenaikan BBM yang paling terasa di bidang transportasi. Selain tarif kendaraan umum, kendaraan pariwisata juga mengalami kenaikan. Para pelaku usaha penunjang pariwisata seperti restoran, kafe, dan penginapan, juga akan menyesuaikan harga setelah BBM naik.
"Ini biasanya yang menjadi pertimbangan untuk melakukan perjalanan wisata. Sehingga sampai 3 bulan memang pasti akan ada penurunan wisatawan domestik. Kalau kita melihat Kota Bandung di akhir pekan lalu, sudah terlihat dampaknya. Wisatawan lokal tidak seramai seperti biasanya," paparnya.
Namun Adi mengatakan, untungnya kenaikan harga BBM hanya untuk premium dan solar. Sedangkan bahan bakar pesawat terbang, avtur tidak mengalami kenaikan. Jika avtur mengalami kenaikan harga, maspakai penerbangan dipastikan akan mengusulkan kenaikan tarif pesawat juga.
"Tetapi untuk kenaikan tarif pesawat memang harus melalui persetujuan IATA (The International Air Transport Association). Kalau sampai naik, bisa berpengaruh lebih buruk lagi," katanya.
Penurunan jumlah wisatawan ini, lanjut Adi, juga terjadi saat pemerintah menaikkan harga BBM tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 dan 2008, saat terjadi kenaikan harga BBM, jumlah wisatawan menurun. Tetapi dalam 3 bulan kembali normal.
Sementara itu, seminar nasional yang digelar jurusan kepariwisataan ini membahas sejumlah hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa. Di antaranya peluang bisnis di Geopark Merangin Jambi, tapak kawasan Dorak sebagai waterfront di Kab. Kepulauan Meranti, dan kajian stakeholder pengelolaan destinasi ekowisata di kawasan Ende, Kelimutu, Flores.
Pada seminar tersebut, para mahasiswa juga mengundang pemangku kepentingan di setiap daerah yang diteliti.
No comments:
Post a Comment